"Lebih pilih metromini sih, soalnya kalau busway (bus transjakarta) itu lama. Di jalannya juga lama. Walau ugal-ugalan yah, tetep milih metromini," ujar Uci (30), yang di temui di Terminal Blok M, Jakarta, Jumat (26/7/2013).
Senada dengan Uci, Lin, penumpang M-605A, juga senang menumpang metromini atau kopaja. Menurut dia, jumlah kedua jenis bus sedang itu lebih banyak ketimbang angkutan umum lainnya. Selain itu, mereka lebih cepat mengantar penumpang, meski ugal-ugalan.
"Ugal-ugalan mah jangan ditanya. Kalau kita protes malah suka disengajain. Apalagi kondisi kendaraannya kayaknya enggak pernah dicuci. Tapi gimana lagi, kalau naik busway lama banget, transitnya juga lama," ujar Iin.
Sopir metromini Blok M-Pondok Labu, Harahap, meminta semua pihak tidak menyamakan bahwa semua sopir metromini atau kopaja ugal-ugalan. Dia menyebut yang biasa ugal-ugalan adalah sopir tembak.
"Kalau masalah speedometer memang ini kendaraan lama, semua mesinnya saja sudah dibongkar. Boro-boro mau dibenerin. Kita makan apa nanti sebulan? Yang kita benerin paling rem sama gas saja yang emang penting," ujar Harahap yang mengaku sudah menjadi sopir selama 10 tahun.
[Kompas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar