Kebijakan pemerintah yang telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dipastikan akan diikuti kenaikan tarif angkutan umum. Namun, tidak demikian halnya dengan tarif bus Transjakarta yang tidak akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat ini.
"Kita kemungkinan tidak akan naikkan tarif bus Transjakarta. Tapi, tarif bus angkutan kota lain akan kita kaji kenaikkannya," kata Basuki Tjahaja Purnama, Plt Gubernur DKI di Balaikota, Selasa (18/11).
Ia mengatakan, untuk menyiasati mahalnya BBM penggunaan gas bisa jadi solusi bagi para sopir angkutan umum. Pemprov DKI Jakarta juga terus mendorong agar seluruh angkutan umum di ibu kota beralih menggunakan bahan bakar gas (BBG).
"Kita juga siap membayar angkutan kota dengan sistem rupiah per kilometer dengan program Public Service Obligation (PSO). Pemerintah siap rugi dan pemilik angkot malah untung karena tidak lagi pusing mikir setoran kurang. Ada atau tidak ada penumpang, tetap kita bayar," ujarnya.
Ia menegaskan, program penggunaan BBG untuk angkutan umum di ibu kota sudah lama diberlakukan. Namun, pelaksanaan di lapangan pemilik angkutan kota selalu berdebat soal stasiun pengisian bahan bakar gas.
"Makanya, saya sudah minta taman di Jakarta bisa dijadikan tempat stasiun pengisian bahan bakar gas mobile (bergerak), untuk kebutuhan bahan bakar angkot yang melayani warga di pemukiman," ucapnya.
Basuki menambahkan, pihaknya akan mengkaji besaran kenaikan tarif untuk angkutan kota di ibu kota seiring kenaikan harga BBM tersebut.
"Kami tidak bisa menekan karena armada bus Transjakarta saat ini masih minim. Tapi, kalau bus kami sudah mencukupi, masyarakat pun akan memilih apakah mau naik angkot dengan tarif mahal atau bus Transjakarta dengan tarif subsidi pemerintah," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar