Mengomentari masalah ini, pengamat transportasi dari Forum Warga Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan, menyarankan PT Transportasi Jakarta membuat tiket sekali jalan. "Jadi, semua penumpang terlayani," katanya saat dihubungi, Senin, 10 November 2014.
Meski demikian, menurut dia, tiket sekali jalan ini tak perlu menggunakan kartu. Transjakarta cukup menggunakan petugasnya untuk melayani para penumpang yang membeli tiket ini. “Caranya, penumpang yang tak punya kartu tinggal membayar untuk sekali jalan. Nanti petugaslah yang men-taping-kan kartunya. Jadi, pekerjaan calo itu seharusnya jadi pekerjaan petugas,” ujarnya.
Dengan cara ini, tutur dia, PT Transportasi tak perlu menunggu tahun depan untuk melaksanakan tiket single trip. Mereka, kata dia, bisa melakukannya saat ini juga. “Calo seperti itu juga tak perlu ada,” ujarnya.
Penambahan halte Transjakarta yang menggunakan tiket elektronik membuat praktek percaloan bermunculan. Di halte Lebak Bulus, Jakarta Selatan, misalnya, Tempo sempat ditawari calo untuk menggunakan tiketnya. "Sudah punya tiket busway? Sekarang harus pakai tiket ini," kata Siti, seorang calo.
Siti menawari para calon penumpang yang belum memiliki tiket elektronik itu dengan harga Rp 5.000 untuk sekali perjalanan, lebih mahal daripada harga sebenarnya sebesar Rp 3.500. Tak hanya Siti, dua calo lain juga mematok harga yang sama.
[Tempo.co]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar