Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna menilai, langkah kerja sama Pemerintah DKI Jakarta dan kementerian ESDM dalam penyediaan bahan bakar gas merupakan solusi utama operasional bus Transjakarta.
"Kerja sama Menteri ESDM Jero Wacik dengan Gubernur DKI Jokowi dalam penyediaan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) akan menyelesaikan persoalan Bus Transjakarta sejak pertama kali beroperasi. Yakni keterbatasan bahan bakar," ujarnya.
Yayat menjelaskan, keterbatasan gas selama ini membuat operasional bus Transjakarta tidak maksimal. Bus transjakarta selama ini harus mengantri yang berakibat pada tidak menentunya waktu kedatangan dan keberangkatan.
"Apalagi ditambah mobil gas atau mobile refueling unit (MRU), itu makin mempermudah pergerakan bus Transjakarta" ujarnya.
Selain itu, kebijakan Pemerintah Pusat untuk menyediakan gas beserta MRU selaras dengan rencana Gubernur DKI Jakarta melakukan revitalisasi angkutan umum. Revitalisasi itu yakni Kopaja dan Metromini yang sudah usang bakal direvitalisasi dengan armada yang baru dan semuanya juga berbahan bakar gas.
Ia menilai kebijakan kedua institusi ini sebagai langkah komunikasi yang baik antara kedua pemimpin. Mengingat pada masa pemerintahan sebelumnya sulit terlaksana.
Ia menyarankan kepada Kementerian ESDM dan DKI Jakarta melakukan koordinasi yang baik dalam penyediaan konverter kit. Penyediaan alat ini juga diharapkan dalam bentuk subsidi.
Kemudahan dan murahnya alat ini akan membuat para pemilik kendaraan beralih mengunakan gas. Meski kedua belah pihak harus menjamin keamanan dari pengunaan gas itu sendiri.
"Ciptakan satu juta kendaraan mengunakan gas. Jika ini berhasil, maka program ini dapat menekan subsidi bahan bakar minyak (BBM), dan green transportasi akan dimulai di Jakarta," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar