ngalesser.blogspot.com |
Kisah soal meneriaki copet ini disampaikan sejumlah pembaca detikcom. Mereka nekat meneriaki kelompok para pencopet ini karena melihat harta benda mereka hendak diambil.
Seperti dituturkan Erwyn Kurniawan dalam surat elektroniknya yang diterima detikcom, Jumat (12/4/2013). Saat itu 31 Desember 2012, Erwyn tengah dalam perjalanan menuju Maghfirah Pustaka, perusahaan penerbitan yang berada di bilangan Matraman, Jakarta Timur. Dia naik bus patas 9A jurusan Senen-Bekasi Timur dari Bulak Kapal.
Tak seperti biasanya, bus agak padat. Saat itu sebenarnya, Erwyn sudah hendak mau turun di Gang Kelor, Matraman. Ternyata, salah satu sebab kepadatan karena ada sekitar 4-5 orang laki-laki yang naik di seberang Stasiun KA Jatinegara.
Mereka memenuhi pintu keluar. Dia pun menaruh curiga dengan gerak-gerik mereka sehingga, meningkatkan kewaspadaan ketika hendak turun.
"Saya tetap percaya diri meletakkan HP di saku depan walau sudah curiga dengan gerombolan lelaki tersebut," tutur Erwyn.
Seorang anggota komplotan pencopet itu sempat bertanya kepada dia soal jurusan bus tersebut. Pertanyaan yang diajukan malah membuat curiga. Erwyn segera bergerak ke pintu keluar. Tapi saat hendak turun ke tangga pertama bus, ada lelaki yang menghalang-halangi dia dengan tangannya.
"Aksinya sangat kasar. Tapi akhirnya saya berhasil menuju pintuk keluar bus. Ketika hendak turun dari bus, saya segera memeriksa HP di kantong karena curiga dengan kelakuan yang saya terima. Dan saya kaget karena HP saya raib," urai Erwyn.
Secara refleks, dia segera menaiki kembali satu tangga bus yang ada di pintu keluar dan langsung membentak laki-laki yang menghalangi saya.
"Kembalikan HP saya, kembalikan HP saya. Lo copet, saya tahu lo copet" teriak Erwyn kepada komplotan itu.
Tak berapa lama, HP dia dilemparkan ke bawah, entah oleh siapa. Seorang anggota komplotan itu kemudian menghardik dia untuk mengambil HP itu dan menyuruh turun. Teriakan copet itu membuat HP dia yang sempat dicuri kini kembali lagi.
"Saya segera mengambil HP dan berteriak kepada para penumpang. 'Hati-hati, ini ada copet'," imbuhnya. Kemudian dia turun dari bus itu.
Kisah serupa dialami Amat Yunus yang bekerja di sebuah perusahaan di kawasan Kebon Sirih. Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu itu saat dia naik Metromini 640 jurusan Tanah Abang-Pasar Minggu.
Kondisi kursi penumpang sudah penuh, sehingga terpaksa dia berdiri bersama beberapa penumpang lainnya. Di halte Bank Mandiri kemudian naik sekelompok penumpang, ada 6 orang, 3 lewat pintu depan dan 3 lewat pintu belakang.
Dua orang kemudian berdiri di pintu depan dan 2 orang berdiri di pintu belakang. Seorang penumpang berdiri menutup gang di kursi baris belakang, satu orang yang masuk lewat pintu depan masuk dan memepet saya.
"Instink saya mengatakan, 'ini Copet', maka saya pun bergumam dengan menyebut nama Tuhan dengan harapan pencopet ingat dan membatalkan niatnya. Namun dugaan saya keliru, karena di terus memepet saya dan saya terus bergeser hingga sejajar baris kursi paling belakang. Pada saat itulah, kelompok yang semula berdiri di pintu merangsek masuk seperti mengambil posisi masing-masing," tutur Amat.
Ketika posisi sudah terjepit, salah satu gerombolan yang berdiri di pintu depan merangsek menuju pintu belakang. Seolah-olah seperti penumpang yang mau turun lewat pintu belakang dengan tangan bergantung pada pegangan di atas kepala.
"Ketika melewati posisi saya, sikut tangannya dipukulkan ke kepala saya untuk mengalihkan perhatian, sementara penumpang yang berjaga di belakang menutup akses saya untuk bergerak. Instink saya, tangan kanan langsung mengamankan dompet yang ada disaku celana dan tangan kiri dengan memegang tas mengamankan HP yang saya kantongi di saku celana kiri," urainya.
Instink Amat tak salah, tangan pencopet yang sejak awal memepet dia sudah masuk ke kantong celana belakang-kanan. Sementara copet yang berdiri di baris bangku belakang masuk ke saku celana kiri saya.
"Untuk beberapa saat saya tarik menarik, akan tetapi kelompok yang lain terus mendekat dan memukul kepala saya. Spontan saya berteriak 'Allahu Akbar !!!, Rampok....!!!. Sopir berhenti. Saya dirampok'. Mendengar teriakan tersebut mereka kaget dan langsung menjauh dari diri saya, dan Metromini berhenti pas di pertigaan Setiabudi dan kebetulan pas ada Polantas yang sedang bertugas. Gerombolan tersebut yang semula menghalangi kemudian menyingkir dan dengan mudah saya turun. Pada saat saya turun ada salah satu gerombolan yang berusaha mendorong agar saya terjatuh, akan tetapi alhamdulillah hal tersebut tidak terjadi," jelas Amat.
Amat mengimbau kepada penumpang lain yang mengalami kejadian serupa. Sebenarnya gerombolan pencopet tersebut takut atau ciut nyali. Apabila ada penumpang yang berteriak secara spontan. Mereka akan kehilangan keberanian. Akan tetapi kalau dengan perkataan atau dialog atau debat, dia makin berani dan makin beraksi.
"Seperti halnya menghadapi Anjing yang sedang menggongong kepada kita, jika kita terlihat takut maka Anjing tersebut semakin keras menyalak, akan tetapi jika secara spontan kita melakukan gerakan yang mengagetkan, maka anjing tersebut juga akan panik dan lari meninggalkan kita," pesan Amat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar