Keenam koridor itu yakni Koridor I (Blok M–Kota), Koridor III (Kalideres–Harmoni), Koridor V (Kampung Melayu–Ancol), Koridor VII (Kampung Rambutan– Kampung Melayu), Koridor IX (Pinangranti–Pluit), dan Koridor X (Tanjung Priok–Cililitan).
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta M Akbar menuturkan, e-ticketing itu berbasis uang elektronik yang dikeluarkan sejumlah bank. Tujuannya agar tercipta cashless society, yaitu kelompok masyarakat yang tidak membayar secara tunai lagi. Dengan adanya cashless society ini, tidak ada lagi antrean penumpang di loket pembelian tiket di setiap halte Transjakarta.
E-ticketing juga akan mengurangi waktu tunggu penumpang. ”Sistem pelayanan ini akan lebih memudahkan penumpang untuk mengantre dan menunggu armada Transjakarta,” kata M Akbar. Penerapan e-ticketing ini menggandeng lima bank nasional dan daerah yang menerbitkan uang elektronik.
Uang elektronik tersebut menggunakan kartu pintar atau smartcard. BRI menggunakan Brizzi, BNI Prepaid, BCA Flazz, Bank Mandiri e-mOney, dan Bank DKI JakCard.
Penggunaan kartu ini cukup ditempelkan di gate setiap halte. Nantinya gate yang dilengkapi dengan pembaca kartu (card reader) akan otomatis mengurangi saldo uang di kartu tersebut. Saat lampu hijau menyala di gate, penumpang bisa langsung masuk halte. ”Dengan adanya e-tickecting ini, penumpang tidak lagi harus mengantre di loket,” sambungnya.
Smartcard yang dikeluarkan sejumlah bank itu, di samping dapat digunakan untuk naik bus Transjakarta juga bisa untuk transaksi lain di minimarket, apotik, SPBU, taksi, dan sebagainya. Rencananya di akhir Mei ini BLU Transjakarta akan memberlakukan e-ticketing di seluruh koridor (12 koridor).
”Semua perangkat pendukung untuk e-ticketing ini telah tersedia. Semoga penumpang di semua koridor dapat memanfaatkan e-ticketing ini dengan baik,” tandasnya.
Peneliti Institut Studi Transportasi (Instran) Izzul Waro menuturkan, semenjak diberlakukan e-ticketing, masih banyak penumpang belum terbiasa menggunakannya. Padahal dewasa ini smartcard telah dimiliki banyak orang. Bahkan mereka menjadi penumpang setia bus Transjakarta. Agar pemberlakuan e-ticketing lebih optimal, Izzul Waro menyarankan BLU Transjakarta menerapkan tarif lebih mahal terhadap penumpang yang membeli tiket secara tunai.
Misalnya tarif e-ticketing Rp3.500 untuk sekali naik bus Transjakarta, maka penumpang dengan tiket manual dikenai tarif Rp5.000. ”Cara ini sebagai bentuk untuk mendorong masyarakat mau menerapkan e-ticketing,” tuturnya. Cara lain agar tercipta cashless society adalah mengharuskan penumpang yang membeli tiket menggunakan uang pas. Bagi penumpang yang tidak menggunakan uang pas, mereka tidak diberi uang kembalian.
”Kalau tidak ada aturan tegas untuk mendorong penumpang itu, apa pun kebijakan sulit diterapkan dengan baik,” imbuhnya. Di sisi lain, dia menyarankan BLU Transjakarta untuk memerhatikan kondisi gate reader yang kerap rusak. Hal itu dapat membuat antrean panjang di pintu masuk halte.
[Okezone]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar