Di tengah upaya peningkatan layanan TransJakarta yang sedang digemborkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ada sebuah pernyataan pak Jokowi yang agak kontroversial. Yaitu mengenai ketersediaan toilet, seraya Beliau berujar "Nggak perlu lah toilet-toilet. Kalau toliet rawatnya nggak bener, yang ada seluruh halte bau semua," dikutip dari detik.com (1/2/2014).
TEMPO.CO |
Penyediaan toilet di halte-halte busway itu perlu, mengingat busway digunakan oleh penumpang dengan konsep tiket tunggal untuk satu perjalanan. Penyediaan tolet di hate busway akan membuat membuat penumpang tenang, tidak perlu keluar dari koridor, dan tak perlu membeli tiket busway lagi.
Pengalaman kebelet buang air kecil ini setidaknya pernah dialami oleh penumpang yang bernama Zulfikar Akbar dalam perjalannya menggunakan busway, karena tidak tersedianya toilet membuat ia menjadi tidak nyaman karena harus menahannya sepanjang perjalanan (kompasiana, 5/4/2012).
Pengalaman seorang Ibu yang benar-benar tidak dapat menahan BAB, dan mengkibatkan penumpang lainnya juga tidak nyaman, sebagaimana pernah diceritakan oleh Danang Parkesit (VIVAnews, 10/7/2009) juga tentunya tidak ada yang menginginkan terulang lagi pada siapa pun .
Baca juga: Tantangan Program 1000 Busway Jokowi-Ahok |
Ketersedian toilet penumpang ini mungkin dianggap “persoalan kecil” (dan biaya kecil bila dibandingkan dengan biaya untuk membeli 1000 unit busway), namun bukan berarti persoalan tersebut dapat diabaikan. Persoalan kecil pun tetap wajib mendapat perhatian dalam sebagai bagian dari sistim pelayanan Busway TransJakarta. Kenyamanan perjalanan bagi penumpang sudah seharusnya menjadi salah satu perhatian utama manajemen Busway TransJakarta, untuk itu prasarana busway perlu dilengkapi sarana kebutukan umum penumpangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar