Sebagai salah satu proyek strategis nasional, pembangunan MRT Jakarta mendorong pembangunan berkelanjutan. Selain dibangun dengan prinsip kelestarian lingkungan dan cagar budaya, proyek MRT Jakarta juga akan menurunkan kemacetan, meningkatkan pertumbunan ekonomi, memperbaiki kualitas hidup dan regenerasi kota, menciptakan lapangan pekerjaan, menurunkan emisi, dan mencegah penyebaran virus COVID-19. Di fase 2, dengan total biaya pembangunan sekitar Rp22,5 triliun, di tahun 2020, akan menyerap sekitar Rp1,55 triliun.
“Tahun ini kita akan menggelontorkan atau menyerap sekitar Rp1,55 triliun, meliputi 356 tenaga kerja yang saat ini secara bertahap mulai mengerjakan proyek ini, pembayaran uang muka mesin bor terowongan (tunnel boring machine), pekerjaan traffic decking, pembayaran konsultan, material, pembangunan halte transjakarta, dan lain-lain,” ungkap Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar pada kegiatan bulanan Forum Jurnalis yang berlangsung pada Selasa (11-8-2020) lalu di Kantor Pusat PT MRT Jakarta (Perseroda) di Gedung Wisma Nusantara.
“Tahun 2021 kita merencanakan Rp3,59 triliun untuk 1.295 tenaga kerja, eskavasi arkeolog, dan lain-lain, termasuk launching tunnel boring machine. Jadi, kegiatan dari tunnel boring machine akan dilakukan tahun depan. Kita secara serius melakukan proyek ini meskipun dalam kondisi pandemi covid-19. Protokol kesehatan kita terapkan secara serius,” lanjut ia. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 30 jurnalis cetak dan daring. Turut hadir juga Komisaris Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Syaugi, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim, Kepala Dinas Pertamanan dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Suzi Marsitawati, dan Kepala Unit Pengelolaa Kawasan (UPK) Monas Isa Sanuri. Acara dibuka dengan arahan dan pandangan dari Komisaris Utama Muhammad Syaugi.
Secara mendalam, Silvia Halim menjelaskan tentang perkembangan pembangunan fase 2. “Forum jurnalis sebelumnya kita bicara tentang rekayasa lalu lintas. Nah, hari ini kita akan berbicara tentang bagaimana melakukan penanganan pohon yang terdampak oleh pekerjaan tersebut (pembangunan Stasiun Thamrin dan Monas),” jelas ia. “Pohon yang terdampak oleh area Stasiun Thamrin berada di media jalan karena akan digunakan sebagai area konstruksi stasiun dan launching tunnel boring machine. Sedang pohon yang terdampak di area Stasiun Monas berada di Monas sisi barat yang akan digunakan sebagai area konstruksi stasiun dan launching tunnel boring machine serta di Jalan Museum sebagai area fasilitas launching metode box jacking,” tambah ia. Proses penanganannya, lanjut Silvia, meliputi strategi relokasi dan penggantian pohon. “Ada tim yang mengidentifikasi jumlah, jenis, diameter, dan kondisi pohon yang terdampak. Kemudian hasil laporan tersebut menjadi acuan surat izin penanganan pohon. Apabila hasil laporan menunjukkan pohon sudah tidak sehat, akan diganti. Kalau masih sehat, akan direlokasi ke lokasi yang sudah ditetapkan,” tutur Silvia.
Di stasiun Thamrin pohon terdampak ada sekitar 235 pohon, dengan rincian 171 pohon diganti dan 64 pohon direlokasi. Total pohon yang digantikan sekitar 1.173 pohon. “Lokasi relokasi di Kebun Bibit Srengseng, Jakarta Barat, milik Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta. Sedangkan pohon yang diganti akan dibawa ke tempat penimbunan kayu Pondok Pinang, Jakarta Selatan, yang juga milik Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta. Di sana, pohon tersebut akan diolah menjadi produk bernilai tambah,” jelas ia sembari menunjukkan foto-foto lokasi dan titik-titik pohon terdampak pembangunan Stasiun Thamrin.
“Sedangkan pembangunan Stasiun Monas ada dua lokasi, yaitu untuk pembangunan entrance di Jalan Museum, ada 52 pohon harus diganti dan untuk pembangun stasiun ada 580 pohon terdampak. 430 pohon langsung diganti dengan phon besar berdiameter 40 cm ke atas dan 150 pohon direlokasi,” pungkas ia. Penanaman pohon pengganti tersebut berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 792 Tahun 1997 yang mengatur tentang pola penanaman, lokasi, jenis pohon, berapa jumlahnya, dan lain-lain. Lokasi penanaman langsung tahap pertama ada di bekas kandang rusa seluas sekitar tiga hektare. “Penanaman tahap kedua akan dilakukan di sisi barat atas stasiun. Begitu selesai pembangunan Stasiun MRT Jakarta, kawasan Monas akan sama atau bahkan lebih baik,” pungkas ia lalu menunjukkan foto-foto pohon pengganti. Setelah mendengarkan paparan direksi, peserta forum jurnalis lalu diajak melihat langsung kondisi di area pembangunan Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar