Menurut dia, jika aparat penegak hukum tak konsisten, pengguna jalan akan cenderung abai. Mereka tetap akan menerobos jalur busway seenaknya. Tapi bila penerapan tilang itu konsisten, orang akan menghindari menerobos jalur busway.
"Biar pun biaya tilangnya sedikit, orang akan takut menerobos jalur busway karena waktunya akan terbuang," kata Darmaningtyas. (baca: Menerobos Jalur Transjakarta Akan Kena Tilang Biru)
Dari pengalaman selama ini, Darmaningtyas menilai aparat penegak hukum lemah dalam penegakan hukum penyerobot jalur busway. "Saya melihatnya anget-anget tahi ayam. Awalnya saja gencar, berikutnya kurang terlihat lagi," kata dia.
Berdasarkan pantauan Tempo di Jalan Sultan Iskandar Muda, Jalan Panjang, hingga Jalan Daan Mogot, jalur buswaynya tak lagi steril. Banyak sepeda motor atau mobil yang menerobos jalur tersebut. Mereka kerap menerobos karena tak ada petugas kepolisian tak bertugas.
Menurut Darmaningtyas, jarangnya aparat kepolisian berjaga juga mencerminkan tidak konsistennya upaya sterilisasi jalur busway. "Selain penindakan, konsistensi itu juga termasuk dalam hal penjagaan," kata dia.
Sebelumnya, PT Transjakarta mengaku telah berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk program sterilisasi jalur busway melalui pemberian slip biru. Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Nicholas Stephanus Kosasih mengatakan Polda telah setuju memberikan slip biru kepada pengemudi penerobos jalur busway.
Dengan slip biru ini diharapkan penerobos akan kapok karena pelanggar dikenai denda maksimal dan harus langsung membayar denda lewat bank. Selama ini penerobos diberi slip merah dan harus ikut sidang di pengadilan. Prakteknya selama ini, hakim memberi denda di bawah denda maksimal.
Selain konsistensi aparat penegak hukum, Darmaningtyas mengatakan, upaya sterilisasi jalur busway bisa dilakukan dengan cara lain. Caranya ialah dengan membuat beton di kanan dan jalur sebagai lintasan bus, sementara di tengah jalur berisi rumput. "Tanami rumput di tengah jalur, enggak usah banyak-banyak, cukup 0,5 meter saja lebarnya," kata dia. Menurut dia, cara itu cukup efektif untuk membuat pengendara sepeda motor atau mobil ukuran kecil enggan masuk ke jalur busway karena tak nyaman.
Cara lainnya adalah dengan membuat portal otomatis. Portal ini bisa dikendalikan untuk membuka atau menutup oleh sopir bus TransJakarta atau melalui operator di busway. "Ini juga bisa efektif untuk sterilisasi," kata Darmaningtyas.
[Tempo.co]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar